image article
25-April-2023
PENCEGAHAN MALARIA PADA WISATAWAN

Malaria, penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa yang termasuk dalam genus Plasmodium. Meskipun merupakan penyakit yang dapat dicegah, kasus malaria yang dilaporkan di antara para wisatawan terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Jadi, penting bagi wisatawan untuk mengetahui langkah-langkah pencegahan malaria yang ada.

 

 

Malaria adalah penyakit parasit akut di daerah tropis dan subtropis, yang disebabkan oleh invasi dan penghancuran sel darah merah oleh satu atau lebih dari empat spesies genus Plasmodium: P. falciparum, P. vivax, P. ovale, dan P. malariae. Semua parasit malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina, yang menggigit terutama antara senja dan fajar.

Bentuk paling parah dari malaria pada manusia disebabkan oleh P. falciparum, dengan gambaran klinis bervariasi termasuk demam tinggi, menggigil, sakit kepala, sakit dan kelemahan otot, muntah, batuk, diare, dan sakit perut; gejala lain yang berhubungan dengan kegagalan organ dapat muncul, seperti gagal ginjal akut, kejang umum, dan kolaps sirkulasi, diikuti dengan koma dan kematian.

Risiko para wisatawan tertular malaria sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain dan bahkan antar daerah dalam satu negara. Biasanya ada risiko yang lebih kecil terjadi pada daerah dengan ketinggian di atas 1500 m. Meskipun dalam kondisi iklim yang mendukung, penyakit ini dapat tertular pada daerah ketinggian hingga hampir 3000 m. Risiko infeksi juga dapat bervariasi menurut musim dan biasanya paling tinggi pada setelah musim hujan.

Edukasi dan promosi kesehatan tentang risiko penularan penyakit malaria dan upaya pencegahan perlu diberikan kepada wisatawan yang akan melakukan perjalanan ke daerah endemik. Wisatawan harus memperhatikan lima prinsip perlindungan terhadap malaria:

  1. Waspadai risiko, masa inkubasi, kemungkinan keterlambatan onset, dan gejala utamanya

Sebagian besar wisatawan dianggap tidak kebal terhadap malaria dan oleh karena itu penyakit bergejala terlihat di semua kelompok umur. Masa inkubasi kurang lebih 2 minggu untuk malaria yang disebabkan oleh P. falciparum, P. knowlesi, dan P. vivax. Untuk P. ovale dan P. malariae, masa inkubasi masing-masing sekitar 2–3 minggu dan 18–35 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah demam (≥ 37,5 °C), menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala utama sering kali dikaitkan dengan diagnosis infeksi lain: seperti demam typhoid, demam dengue, leptospirosis, chikungunya, dan infeksi saluran nafas.

Oleh karena itu, diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test = RDT). Mekanisme kerja RDT berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi. Salah satu produk untuk melakukan RDT malaria adalah ACCU-TELL® Malaria P.f./P.v./Pan Cassette (Whole Blood).


Gambar 1. ACCU-TELL® Malaria P.f./P.v./Pan Cassette (Whole Blood)

 

ACCU-TELL® Malaria P.f./P.v./Pan Cassette (Whole Blood) bisa memberikan hasil hanya dalam 10 menit dengan menggunakan sampel darah utuh (whole blood). Dengan hasil uji klinis; Sensitivity P.f. >99.9%, Sensitivity P.m. 98%, Specificity 99.9%, Accuracy 99.8%, menunjukkan bahwa ACCU-TELL® Malaria P.f./P.v./Pan Cassette (Whole Blood) mampu mendeteksi dengan baik keberadaan antigen plasmodium dalam darah utuh (whole blood).

 

  1. Hindari tergigit nyamuk, terutama di waktu antara senja dan fajar

Semua wisatawan harus diberi tahu bahwa melindungi diri dari gigitan nyamuk di waktu antara senja dan fajar merupakan garis pertahanan pertama dalam melawan malaria. Wisatawan dapat melindungi diri dari nyamuk dengan cara yang diuraikan sebagai berikut:

  • Pilih obat nyamuk yang mengandung DEET untuk dioleskan pada kulit atau pakaian untuk mencegah kontak dengan vektor (nyamuk Anopheles betina). Aplikasi berulang mungkin diperlukan setiap 3-4 jam, terutama di iklim panas dan lembab saat berkeringat banyak
  • Kelambu adalah alat pelindung diri yang sangat baik saat tidur. Penggunaan kelambu harus diselipkan di bawah kasur dan pastikan dulu kelambunya tidak robek dan tidak ada nyamuk di dalamnya
  • Menggunakan obat nyamuk bakar atau obat nyamuk liquid elektrik
  • Area tidur harus disemprot dengan semprotan aerosol untuk membunuh serangga sebelum waktu tidur. Direkomendasikan untuk mengombinasikan penggunaan aerosol pembunuh serangga dengan obat nyamuk liquid elektrik atau kelambu
  • Gunakan pakaian pelindung. Hal ini dapat membantu pada saat hari ketika vektor sedang aktif. Ketebalan material sangat penting. Pengusir serangga yang dioleskan pada pakaian juga efektif lebih lama dari pada kulit. Bagian kaki juga harus dilindungi dengan alas kaki yang sesuai dan dengan memasukkan celana panjang ke dalam kaus kaki jika mengunjungi daerah yang penuh kutu.

 

Gambar 2. Ilustrasi

 

 

  1. Minum obat antimalaria (kemoprofilaksis)

Kemoprofilaksis merupakan salah satu cara untuk mengurangi risiko fatal malaria dengan pemberian obat antimalaria dengan rejimen, dosis, dan durasi yang tepat. Untuk peraturan di Indonesia sendiri, dikutip dari Buku Pedoman Penanggulangan Kasus Malaria Kementerian Kesehatan, obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis 100 mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama di daerah sampai 4 minggu setelah pulang.

 


Gambar 3. Doksisiklin

 

Harga doksisiklin relatif lebih murah. Obat ini juga dapat memberikan efek pencegahan terhadap infeksi lain, seperti Rickettsia dan leptospirosis sehingga dapat digunakan bagi mereka yang berencana melakukan aktivitas di luar ruangan, seperti mendaki gunung, berkemah, dan berenang di sungai atau danau. Namun doksisiklin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak di bawah usia 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.

 

  1. Segera dapatkan diagnosis dan pengobatan jika demam berkembang 1 minggu atau lebih setelah memasuki daerah yang berisiko malaria dan hingga 3 bulan setelah keluar dari daerah berisiko

Seseorang yang mengalami demam 1 minggu atau lebih setelah memasuki daerah dengan risiko malaria, harus segera berkonsultasi dengan dokter atau laboratorium malaria yang memenuhi syarat untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan pengobatan yang aman dan efektif. Pada prinsipnya, para wisatawan dapat diperlakukan dengan ACT (Artemisinin Combination Therapy) sesuai dengan kebijakan nasional di negara yang mereka kunjungi. Kebijakan obat antimalaria nasional untuk semua negara/wilayah berisiko tersedia di situs web WHO.

 

  1. Hindari beraktivitas di luar ruangan di lingkungan yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, seperti rawa atau daerah berawa, terutama pada sore dan malam hari

 

 

 

 

Pencegahan malaria pada wisatawan terus menjadi tantangan. Banyak faktor yang menentukan risiko penularan malaria di antara para wisatawan. Pengetahuan tentang faktor-faktor tersebut dan tindakan pencegahan yang tersedia sangat penting untuk dapat dilakukan oleh para wisatawan.

 

 

Referensi:

  1. KEMENKES RI. (2017). Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria
  2. National Center for Biotechnology Information. (2021). An update on prevention of malaria in travelers
  3. World Health Organization. (2020). Malaria: International Travel and Health
Tag
Malaria
Bagikan
Artikel Terkait