image article
01-March-2019
DETEKSI DINI KERUSAKAN GINJAL

Praktis, Akurat, Harga Terjangkau

Pada derajat awal, Penyakit Ginjal Kronis (PGK)  belum menimbulkan gejala dan tanda, bahkan hingga laju filtrasi glomerulus sebesar 60% pasien masih asimtomatik (tanpa atau belum bergejala) namun sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum (darah). Kelainan secara klinis dan laboratorium baru terlihat dengan jelas pada derajat 3 dan 4. Saat laju filtrasi glomerulus sebesar 30%, keluhan seperti badan lemas, mual, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan mulai dirasakan pasien. Pasien mulai merasakan gejala dan tanda uremia yang nyata saat laju filtrasi glomerulus kurang dari 30%. Data mengenai angka kejadian Penyakit Ginjal Kronis (PGK) menunjukkan keprihatinan bersama. Bahkan di beberapa jurnal terbaru, virus SARS-CoV-2 sebagai penyebab penyakit Covid-19, juga menyerang organ ginjal yang berpengaruh terhadap turunnya fungsi filtrasi ginjal.

Mengapa harus melakukan pemeriksaan laboratorium secara dini untuk menentukan fungsi ginjal?

Tentu dengan deteksi dini sebelum kerusakan ginjal berjalan progresif di derajat 3 atau lebih, maka pasien dan dokter akan mempunyai rencana terapi dan tindakan yang tepat, agar kerusakan ginjal tidak menjadi tahap terminal dengan cepat sehingga mencegah intervensi tindakan hemodialisis atau “cuci darah” yang artinya kualitas hidup pasien akan tetap terjaga dan menghindari kematian dini. Penanganan Penyakit Ginjal Kronis (PGK) difokuskan pada memperlambat penurunan fungsi ginjal dan pada tahap tertentu dibutuhkan hemodialisis dan transplantasi ginjal.

Bagaimana Deteksi Dini Kerusakan Ginjal yang Dimaksud? 

Anjuran Kemenkes RI melalui Pusat Data & Informasi (PUSDATIN) tahun 2017 yang bersumber dari Comprehensive Clinical Nephrology 2015, menganjurkan langkah sederhana yakni : 

  1. Tekanan darah 
  2. Mikroalbuminuria (mALB, Urine Creatinine, ACR), menggunakan sampel periksa urin (air seni sewaktu)
  3.  CCT (Creatinine Clearance Test) atau eGFR (perkiraan laju filtrasi glomerulus), menggunakan sampel darah/serum 

Catatan: Pengulangan pemeriksaan laboratorium sangat disarankan berkala rutin misalnya 3, 6 atau 12 bulan tergantung dari kondisi pasien dan faktor resiko yang dipunyai. Pastinya, kita perlu mengenal metode terkini yang praktis, akurat dapat dipercaya dan dengan harga terjangkau yang dapat membantu menentukan stage atau derajat kerusakan ginjal. Saat ini pemeriksaan dengan sampel urin sewaktu tanpa harus menampung total 24 jam menjadi pilihan bijak karena mudah dilakukan kapanpun. Dengan sampel urin, juga menghindari rasa nyeri, biaya tinggi dan resikonya pengambilan sampel darah/serum. 

Umumnya, seorang klinisi ahli ginjal akan mengambil keputusan status fungsi ginjal seseorang dengan beberapa indikator untuk menegakkan diagnosis. Dengan sampel urine, maka kesimpulan status penderita Penyakit Ginjal Kronis (PGK), dapat mengkonfirmasi hasil pemeriksaan lain seperti pemeriksaan darah/serum, juga sebaliknya. 

Derajat Penyakit Ginjal Kronis (PGK)  dan risiko progresivitasnya diklasifikasikan berdasarkan hasil laboratorium darah/serum dan urin sebagai berikut:

 

Persistent albuminuria categories description and range (urine sample)

A1

A2

A3

Normal to mildly increased

Moderately increased

Severely increased

<30 mg/g

<3 mg/mmol

30 - 300 mg/g

3 - 30 mg/mmol

>300 mg/g

>30 mg/mmol

 

GFR categories

(mL/min/1.73 m2)

description and range

G1

Normal or high

≥90

1 if CKD

1

2

G2

Mildly decreased

60-89

1 if CKD

1

2

G3a

Mildly to moderately decreased

45-59

1

2

3

G3b

Moderately to severely decreased

30-44

2

3

3

G4

Severely decreased

15-29

3

3

4+

G5

Kidney failure

<15

4+

4+

4+

Keterangan: GFR dan albuminuria menggambarkan risiko progresivitas sesuai warna (hijau, kuning, oranye, merah, merah tua). Angka di dalam kotak menunjukkan frekuensi monitoring/tahun yang dianjurkan. Sumber: KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management

Siapa Saja yang Memerlukan Uji Deteksi Dini Kerusakan Ginjal? 

Tentu mereka mempunyai faktor-faktor resiko Penyakit Ginjal Kronis (PJK), yakni misalnya : 

  1. Umur >50 Tahun
  2. Diabetes
  3. Hipertensi
  4. Perokok
  5. Obesitas
  6. Riwayat keluarga menderita penyakit ginjal

Apa Yang Dianjurkan Sebagai Alat Periksa Fungsi Ginjal Menggunakan Bahan Sampel Urin? 

PT Isotekindo Intertama bekerjasama dengan SINOCARE Inc dari China yang dikenal sebagai perusahaan terkemuka global yang ahli dibidang diagnosis diabetes dan komplikasinya, menciptakan alat Sinocare ACR Analyzer yang teruji dan terpercaya dengan dukungan evaluasi bahwa angka periksa dari alat Sinocare ACR Analyzer yang meliputi microalbuminuria (mALB), urin kreatinin (Cr), dan rasio perbandingan albumin dan kreatinin urine (ACR), terbukti membantu diagnosis fungsi ginjal dengan akurat dan terpercaya. 

 

Referensi : 

  1. Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2017. 
  2. Pedoman Pelayanan Hemodialisis di Sarana Pelayanan Kesehatan. Dirjen Pelayanan Medik Spesialistik Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI. 2008. 
  3. KDIGO Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease. 2013. 
  4. www.kidney.org
Tag
Rasio Albumin Kreatinin (ACR)
Bagikan
Artikel Terkait