image article
23-June-2023
DETEKSI DINI KERUSAKAN GINJAL KRONIS MELALUI PEMERIKSAAN MIKROALBUMIN, KREATININ, DAN RASIO ALBUMIN-KREATININ

Kerusakan ginjal kronis (KGK) adalah kondisi patologis yang secara bertahap merusak fungsi ginjal dalam jangka waktu yang lama. Deteksi dini KGK sangat penting untuk mencegah progresi penyakit dan mengurangi risiko komplikasi serius. Salah satu metode yang digunakan dalam deteksi dini KGK adalah pemeriksaan mikroalbumin, kreatinin, dan rasio albumin-kreatinin. Dalam artikel ini, kami membahas pentingnya pemeriksaan ini sebagai alat diagnostik untuk deteksi dini KGK.

Mikroalbumin adalah bentuk albumin yang kecil dan biasanya tidak terdeteksi dalam urin sehat. Namun, ketika ginjal mengalami kerusakan awal, mikroalbumin dapat bocor ke dalam urin. Oleh karena itu, pemeriksaan mikroalbumin dalam urin dapat memberikan petunjuk awal tentang adanya kerusakan ginjal. Metode pemeriksaan yang umum digunakan adalah tes urine mikroalbumin-creatinine ratio (UACR), yang mengukur konsentrasi mikroalbumin dan kreatinin dalam urin. Hasil yang tinggi pada tes UACR menunjukkan adanya albuminuria, yaitu keberadaan albumin dalam urin yang merupakan tanda kerusakan ginjal.

Selain itu, kadar kreatinin dalam darah juga digunakan sebagai indikator penting dalam mengevaluasi fungsi ginjal. Kreatinin adalah produk sampingan metabolisme yang dihasilkan oleh otot dan diekskresikan oleh ginjal. Ginjal yang sehat akan mengeluarkan kreatinin secara teratur. Namun, jika ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk mengeluarkan kreatinin akan terganggu, menyebabkan peningkatan kadar kreatinin dalam darah. Oleh karena itu, pemeriksaan kadar kreatinin darah dapat membantu dalam mendeteksi kerusakan ginjal.

Selain pemeriksaan mikroalbumin dan kreatinin, rasio albumin-kreatinin dalam urin juga digunakan sebagai indikator KGK. Albumin adalah protein yang diproduksi oleh hati dan biasanya disaring oleh ginjal untuk dikembalikan ke dalam darah. Namun, jika ginjal mengalami kerusakan, albumin dapat bocor ke dalam urin. Dengan mengukur rasio albumin-kreatinin dalam urin, dapat diketahui apakah ginjal berfungsi dengan baik atau tidak. Nilai rasio albumin-kreatinin yang tinggi menunjukkan adanya albuminuria dan mungkin menjadi tanda adanya kerusakan ginjal.

Berdasarkan penelitian dan studi yang dilakukan, pemeriksaan mikroalbumin, kreatinin, dan rasio albumin-kreatinin telah terbukti efektif dalam deteksi dini KGK. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of the American Medical Association menunjukkan bahwa tes UACR memiliki kepekaan dan spesifisitas yang baik dalam mendeteksi kerusakan ginjal pada tahap awal, bahkan sebelum gejala klinis KGK muncul. Penemuan ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan pemeriksaan ini, dapat dilakukan intervensi lebih awal untuk mencegah progresi penyakit dan mengurangi risiko komplikasi serius yang terkait dengan KGK.

Dalam sebuah penelitian lain yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Reviews Nephrology, ditemukan hubungan antara kadar albumin dalam urin, kreatinin, dan faktor risiko seperti diabetes dan hipertensi. Penelitian ini menyoroti pentingnya pemeriksaan rutin mikroalbumin, kreatinin, dan rasio albumin-kreatinin pada pasien dengan faktor risiko tersebut untuk deteksi dini KGK.

Deteksi Penyakit Ginjal Kronis:

Deteksi dini sangat penting dalam mengidentifikasi risiko potensial sebelum penyakit berkembang lebih lanjut. Hal ini memainkan peran yang signifikan dalam mencegah dan meminimalkan kejadian penyakit ginjal kronis. Proses deteksi untuk CKD melibatkan tiga komponen penting:

  1. Pengukuran tekanan darah
  2. Tes darah untuk mengukur kreatinin serum dan eGFR (laju filtrasi glomerulus yang diperkirakan)
  3. Tes urin untuk menilai rasio albumin-kreatinin (ACR).

Pada individu dengan atau tanpa diabetes, disarankan untuk mengukur albuminuria menggunakan sampel urin pagi pertama. Namun, peningkatan sementara dalam ACR dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti variasi harian dalam ekskresi protein, infeksi saluran kemih, kelebihan cairan, atau penyakit demam akut. Oleh karena itu, peningkatan ACR urin perlu dikonfirmasi melalui pengukuran yang diulang.


Demikian pula, diagnosis CKD dikonfirmasi dengan melakukan setidaknya tiga pengukuran eGFR, yang dilakukan dalam periode minimal tiga bulan. Jika terjadi penurunan eGFR yang cepat, hal tersebut dapat menunjukkan cedera ginjal akut dan perlu diulang dalam waktu 14 hari. Sebagian besar pasien pada tahap awal CKD (tahap 1-3) tidak akan mengalami kemajuan menjadi penyakit ginjal tahap akhir yang membutuhkan terapi pengganti ginjal seperti dialisis atau transplantasi. Pasien-pasien ini dapat dikelola utamanya di praktek umum. Penilaian dan pengelolaan CKD harus didasarkan pada tahap spesifiknya, sebagaimana dijelaskan dalam tabel.

PT Isotekindo Intertama adalah distributor resmi dan terdaftar di KEMENTERIAN KESEHATAN untuk produk PABA-1000 ACR Analyzer yang diproduksi oleh Changsha Sinocare Inc. Sistem Pemantauan ACR terdiri dari analisis PABA-1000 ACR Analyzer, Kit Reagen mALB/Cr, dan larutan kontrol (level 1, level 2). Kit Reagen mALB/Cr dimaksudkan untuk digunakan dengan PABA-1000 ACR Analyzer untuk menentukan secara kuantitatif mikroalbuminuria, kreatinin, dan ACR (rasio mikroalbuminuria dan kreatinin) dalam sampel urine, sebagai bantuan dalam diagnosis penyakit kegagalan ginjal.

Berikut adalah fitur dan manfaat yang akan Anda dapatkan saat menggunakan  PABA-1000 ACR Analyzer:

  1. Dimensi dan berat: 380 x 240 x 254 mm, <6,5 kg. PABA-1000 merupakan alat yang ringkas dan ringan, cocok digunakan di laboratorium kecil dengan ruang terbatas.

  2. Satu jenis reagen untuk 3 parameter: mikroalbumin (mAlb), kreatinin urin, dan rasio albumin-kreatinin (ACR). Dengan hanya menggunakan satu jenis reagen, biaya keseluruhan pemeriksaan menjadi lebih terjangkau.

  3. Konektivitas: PABA-1000 ACR Analyzer dapat terhubung dengan instrumen dan sistem eksternal melalui antarmuka RS232, USB, RJ45, dan LIS. Hal ini memastikan keamanan data, sesuai dengan persyaratan audit dan akreditasi.

  4. Kapasitas penyimpanan: PABA-1000 dapat menyimpan hingga 2000 tes, memudahkan akses ke rekam medis pasien dan memenuhi persyaratan kontrol kualitas.

  5. Waktu pengukuran singkat: Kurang dari 6,8 menit. Waktu deteksi yang cepat membantu memenuhi kepuasan pelanggan dan waktu target institusi untuk memberikan hasil.

  6. Teknologi deteksi:  PABA-1000 ACR Analyzer menggunakan sistem deteksi berbasis kolorimetri dan fluoresensi. Teknologi canggih ini memastikan hasil yang dapat diandalkan dalam tes diagnostik dan pemantauan fungsi ginjal, sebanding dengan metode pengujian konvensional.

  7. Sampel menggunakan urine (urine segar, urine 24 jam). Pengambilan sampel menjadi lebih mudah dan nyaman.

Dengan menggunakan PABA-1000, Anda dapat memanfaatkan desain yang ringkas, efisiensi biaya, konektivitas yang luas, kapasitas penyimpanan besar, waktu pengukuran yang singkat, teknologi deteksi canggih, serta kemudahan pengambilan sampel.

Dalam kesimpulan, deteksi dini kerusakan ginjal kronis merupakan langkah penting untuk mencegah progresi penyakit dan meningkatkan prognosis pasien. Pemeriksaan mikroalbumin, kreatinin, dan rasio albumin-kreatinin merupakan metode yang efektif dalam mendeteksi kerusakan ginjal pada tahap awal. Tes ini dapat dilakukan dengan mudah dan relatif murah, sehingga dapat menjadi alat diagnostik yang penting dalam praktek klinis. Dengan deteksi dini dan intervensi yang tepat, kerusakan ginjal kronis dapat dikendalikan dengan lebih baik, memungkinkan pasien untuk hidup dengan kualitas hidup yang lebih baik.

 

Referensi:

  1. American Diabetes Association. (2019). Standards of Medical Care in Diabetes - 2019. Diabetes Care, 42(Supplement 1), S13–S28.
  2. Insert Pack PABA-1000 ACR Analyzer.
  3. Levey, A. S., Stevens, L. A., Schmid, C. H., Zhang, Y. L., Castro, A. F., Feldman, H. I., Kusek, J. W., Eggers, P., Van Lente, F., Greene, T., & Coresh, J. (2009). A New Equation to Estimate Glomerular Filtration Rate. Annals of Internal Medicine, 150(9), 604.
  4. National Kidney Foundation. (2021). Chronic Kidney Disease. Retrieved from https://www.kidney.org/atoz/content/about-chronic-kidney-disease.
  5. Tangri, N., Stevens, L. A., Griffith, J., Tighiouart, H., Djurdjev, O., & Naimark, D. (2011). A predictive model for progression of chronic kidney disease to kidney failure. JAMA, 305(15), 1553-1559.
Tag
Rasio Albumin Kreatinin (ACR)
Bagikan
Artikel Terkait