image article
18-May-2023
BISAKAH VAKSIN MELAWAN HIV?

Vaksin mencegah atau mengendalikan infeksi tertentu dengan melatih sistem kekebalan tubuh untuk melawannya. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah membuat vaksin untuk berbagai penyakit seperti polio, influenza, dan cacar. Meskipun sudah puluhan tahun sejak ditemukannya virus, namun vaksin untuk HIV masih belum ditemukan, karena proses perkembangannya membutuhkan waktu yang panjang.

 

 

Obat HIV memberikan efek berupa meningkatkan kualitas hidup orang yang hidup dengan HIV dan AIDS, tetapi obat-obatan ini belum dapat menyembuhkan infeksinya. Seseorang yang berisiko tinggi terhadap HIV dapat meminum obat untuk membantu mencegah infeksi, namun obat-obat ini harus diminum setiap hari. Itu sebabnya para peneliti bekerja keras untuk membuat vaksin HIV. Vaksin dapat mencegah atau mengendalikan infeksi tertentu dengan melatih sistem kekebalan tubuh untuk melawannya.

Meski sudah puluhan tahun sejak virus ditemukan, vaksin HIV masih belum ditemukan. Proses penelitiannya membutuhkan waktu yang panjang serta dana yang banyak. Sebagai contoh, virus polio pertama kali diidentifikasi pada tahun 1908 tetapi butuh waktu hingga tahun 1955 untuk vaksin polio pertama bisa disetujui.

Vaksin HIV bahkan lebih sulit untuk ditemukan karena:

  • Ada banyak jenis HIV, dan jenis baru terus terbentuk
  • HIV memiliki cara cerdas untuk "mengecoh" sistem kekebalan
  • Para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami tentang bagian mana dari sistem kekebalan yang bekerja melawan HIV

Terlepas dari tantangan yang begitu rumit, banyak peneliti berharap tentang prospek vaksin HIV.

 

DUA JENIS VAKSIN

Terdapat 2 jenis vaksin yang sedang dikembangkan, yaitu:

  1. Vaksin Pencegahan

Vaksin ini bisa diberikan bagi seseorang yang negatif terhadap HIV karena vaksin ini tidak mengandung virus yang hidup sehingga aman diberikan tanpa perlu takut akan tertular virus HIV.

Vaksin jenis ini melatih sistem serta mendorong sistem kekebalan tubuh untuk "mengenali", membuat antibodi dan melawan HIV sebelum virus dapat menyebabkan infeksi dan menyebabkan sakit.

 

  1. Vaksin Terapeutik

Membantu mengendalikan infeksi yang terjadi dan membantu menunda perkembangan penyakit. Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk menemukan dan membunuh sel yang terinfeksi HIV. Kemudian mencegah atau membatasi virus berkembang biak lebih banyak. Vaksin ini diujikan pada seseoran yang sudah positif menderita HIV, namun memiliki sistem kekebalan yang sehat.

 

PENGUJIAN VAKSIN DAN UJI KLINIS

Pertama-tama, vaksin HIV diuji di laboratorium dan hewan. Satu vaksin HIV dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk diuji pada manusia sebelum dapat diterima oleh publik. Vaksin untuk mencegah HIV biasanya melewati tiga fase uji klinis untuk diuji keamanan dan efektivitasnya. Setiap fase harus berjalan dengan baik untuk melanjutkan ke fase berikutnya.

  • Fase I berlangsung antara 12 dan 18 bulan. Sejumlah kecil relawan yang sehat dan negatif terhadap HIV dan sehat membantu peneliti untuk menguji keamanan dan menentukan dosis terbaik.
  • Fase II bisa berlangsung hingga 2 tahun. Ratusan relawan yang sehat dan negatif terhadap HIV membantu para peneliti untuk menyempurnakan dosis dan menguji seberapa baik respon sistem kekebalan tubuh
  • Fase III dapat berlangsung selama 3 hingga 4 tahun dengan ribuan relawan yang sehat dan negatif terhadap HIV.

 

UJI COBA VAKSIN mRNA UNTUK HIV

International AIDS Vaccine Initiative (IAVI), yaitu sebuah kelompok nirlaba dan perusahaan bioteknologi Moderna meluncurkan uji klinis manusia fase I dengan vaksin HIV eksperimental yang dibuat menggunakan teknologi mRNA. Jenis yang sama yang digunakan dalam vaksin COVID-19.

Para relawan dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas George Washington di Washington, DC, telah menerima suntikan percobaan putaran pertama. Penelitian ini melibatkan 56 orang relawan yang negatif terhadap HIV, berusia 18 hingga 50 tahun. Para relawan dibagi menjadi empat kelompok dan diberi satu atau dua dosis vaksin percobaan. Beberapa relawan juga menerima booster.

Uji klinis dilakukan untuk melihat apakah vaksin mRNA yang berupa protein HIV, dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi sel B (sejenis sel darah putih). Sel B ini diharapkan nantinya berubah menjadi Broadly neutralizing antibodies (bnAbs), yaitu antibodi yang mampu menetralkan sebagian besar galur HIV-1 dari berbagai latar belakang genetik dan geografis. Mekanisme kerja bnAbs yaitu mengikat situs gp120 dan gp41 pada permukaan HIV sehingga HIV tidak dapat berikatan dengan sel imun.

Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk membunuh virus dan agen infeksius lainnya. Dalam kasus HIV, orang yang terinfeksi biasanya menghasilkan antibodi terhadap virus. Tetapi karena virus HIV dapat bermutasi dan bereplikasi dengan cepat, antibodi sebagian besar tidak efektif dalam mengendalikan virus. Namun, setelah bertahun-tahun terinfeksi, beberapa orang menghasilkan antibodi yang sangat kuat yang disebut Broadly Neutralizing Antibodies (bnAbs), yang dalam uji laboratorium mampu menetralkan berbagai macam jenis HIV.

Identifikasi antibodi semacam itu telah mengubah bidang penelitian pencegahan HIV karena dua alasan: memberikan informasi untuk memandu desain vaksin yang dapat menghasilkan bnAbs untuk perlindungan, dan telah membuka pintu bagi modalitas pencegahan baru: pemberian bnAbs HIV untuk mencegah infeksi.

 

 

 

Referensi:

  1. How Vaccines Are Developed
  2. IAVI. Broadly Neutralizing Antibodies for HIV Prevention
  3. Majalah Farmasetika. (2020). Antibodi Monoklonal bnAbs Sebagai Pencegahan dan Pengobatan Infeksi HIV
  4. WebMD. (2022). Could a Vaccine Fight HIV?
Tag
Disinfektan
Viral Transport Media (VTM)
Bagikan
Artikel Terkait