image article
17-September-2023
TES SIFILIS PADA PENDONOR DARAH

Sifilis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit sifilis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual atau dari ibu ke bayi dan dapat juga ditularkan melalui transfusi darah atau komponen darah dari pendonor yang menderita penyakit sifilis aktif.

Donor darah adalah proses pengambilan darah seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah sebagai stok darah dan kemudian digunakan untuk transfusi darah. Pemilihan donor didasarkan pada informasi tentang donor, identifikasi faktor risiko perilaku donor, riwayat kesehatan yang dikumpulkan melalui kuesioner, dan pemeriksaan fisik donor untuk mengetahui tanda-tanda klinis infeksi.

Risiko penularan sifilis melalui transfusi sangat erat kaitannya dengan faktor risiko donor darah, khususnya perilaku seksual, karena penyakit ini terutama ditularkan melalui jalur seksual. Tingkat penularan tinggi di kalangan pria homoseksual. Usia yang lebih tua, jenis kelamin laki-laki, dua atau lebih pasangan seksual, riwayat pengobatan sifilis dan seropositif HIV berkaitan erat dengan sifilis yang ditularkan melalui transfusi. Faktor risiko lain yang terkait dengan sifilis yang ditularkan melalui transfusi termasuk prostitusi, biseksualitas (laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki dan perempuan), penggunaan obat-obatan terlarang dan skarifikasi kulit (tato).

Pemilihan donor penting karena donor dengan perilaku berisiko tinggi dan faktor risiko lainnya dapat tertular sifilis. Hal ini dapat membahayakan keamanan darah yang digunakan untuk transfusi.

Di Indonesia, Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI), sangat memerhatikan keamanan setiap darah. Uji skrining wajib dilakukan untuk untuk mengetahui adanya penyakit infeksi yang dapat ditularkan melalui darah yang disumbangkan, seperti Hepatitis B, Hepatitis C, HIV, dan Sifilis.

Uji skrining sifilis adalah pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan bakteri penyebab sifilis. Skrining sifilis penting untuk dilakukan karena penyakit ini ditemukan di aliran darah serta dapat bertahan di tubuh dalam waktu yang lama, tanpa menimbulkan gejala. Jika dalam darah pendonor terdapat bakteri Treponema pallidum penyebab penyakit sifilis, maka penyakit ini dapat ditularkan ke orang lainnya melalui proses transfusi darah.

Oleh karena itu, setiap UTD PMI akan melaksanakan uji skrining empat parameter Penyakit Menular Seksual (Hepatitis B, Hepatitis C, HIV, dan Sifilis) dengan menggunakan metode Elisa atau Rapid test.

PT Isotekindo Intertama merupakan importir & distributor untuk Accu-Tell® Rapid Syphilis Test (Whole Blood/Serum/Plasma) yang dapat mendeteksi secara kualitatif keberadaan antibodi (IgG dan IgM) terhadap Treponema Pallidum dalam darah utuh, serum atau plasma untuk membantu diagnosis Sifilis. Alat & bahan dalam 1 box sudah lengkap; berisi 25 buah kaset tes, 25 buah pipet kapiler plastik, 1 botol buffer dan 1 Insert Pack. Pengujian akan memberikan hasil dalam waktu 5 menit. Petunjuk lebih lengkap dapat dibaca pada lembar insert pack.

 

Gambar 1. Accu-Tell® Rapid Syphilis Test (Whole Blood/Serum/Plasma)

 

 

Hasil uji menggunakan Accu-Tell® Rapid Syphilis Test (Whole Blood/Serum/Plasma) dapat disebut sebagai positif apabila terbentuk dua garis berwarna pada wilayah kontrol (C) dan wilayah uji (T). Intensitas warna akan bervariasi tergantung konsentrasi antibodi Treponema Pallidum dalam spesimen. Sekalipun terbentuk garis samar di wilayah uji (T), maka dapat dipertimbangkan sebagai hasil positif.

Skrining sifilis dapat membantu untuk mendiagnosis sifilis, terutama pada tahap awal. Dengan begitu, proses pendonoran darah dapat ditunda dan keamanan darah yang digunakan untuk transfusi lebih terjamin. Selain itu bagi calon pendonor dengan suspek sifilis akan lebih cepat ditangani dan komplikasi sifilis dapat dihindari.

 

 

 

Referensi:

  1. National Library of Medicine. (2015). Syphilis testing in blood donors: an update
  2. Palang Merah Indonesia. (2017). Uji Saring Infeksi
  3. World Health Organization. (2023). Syphilis
Tag
Syphilis
Bagikan
Artikel Terkait